0

Tips Foto Landscape Untuk Pemula


VOILA!
Postingan ke-3

Inilah 14 tips yang cukup top untuk mendapatkan hasil foto landscape yang WOW!

1. Maksimalkan Depth of Field (DoF)
Sebuah pendekatan konsep normal dari sebuah landscape photography adalah “tajam dari ujung kaki sampai ke ujung horizon”. Konsep dasar teori “oldies” ini menyatakan bahwa sebuah foto landscape selayaknya sebanyak mungkin semua bagian dari foto adalah focus (tajam). Untuk mendapatkan ketajaman lebar atau dgn kata lain bidang depth of focus (DOF) yang selebar2nya, bisa menggunakan apperture (bukaan diafragma) yang sekecil mungkin (f number besar), misalnya f14, f16, f18, f22, f32, dst.
Tentu saja dgn semakin kecilnya apperture, berarti semakin lamanya exposure.
Karena keterbatasan lensa (yang tidak mampu mencapai f32 dan/atau f64) atau posisi spot di mana kita berdiri tidak mendukung, sebuah pendekatan lain bisa kita gunakan, yaitu teori hyper-focal, untuk mendapatkan bidang fokus yang “optimal” sesuai dgn scene yang kita hadapi. Inti dari jarak hyper-focal adalah meletakan titik focus pada posisi yang tepat untuk mendapatkan bidang focus yg seluas-luasnya yg dimungkinkan sehingga akan tajam dari FG hingga ke BG.
Dengan DoF lebar, akibat penggunaan f/20 dan pengaplikasian hyper-focal distance untuk menentukan focus.

2. Gunakan tripod dan cable release
Dari #1 diatas, akibat dari semakin lebarnya DOF yang berakibat semakin lamanya exposure, dibutuhkan tripod untuk long exposure untuk menjamin agar foto yang dihasilkan tajam. Cable release juga akan sangat membantu. Jika kamera memiliki fasilitas untuk mirror-lock up, maka fasilitas itu bisa juga digunakan untuk menghindari micro-shake akibat dari hentakkan mirror saat awal.

3. Carilah Focal point atau titik focus
Titik focus disini bukanlah titik dimana focus dari kamera diletakkan, tapi lebih merupakan titik dimana mata akan pertama kali tertuju (eye-contact) saat melihat foto.
Hampir semua foto yang “baik” mempunyai focal point, atau titik focus atau lebih sering secara salah kaprah disebut POI (Point of Interest). Sebetulnya justru sebuah landscape photography membutuhkan sebuah focal point untuk menarik mata berhenti sesaat sebelum mata mulai mengexplore detail keseluruhan foto. Focal point tidak mesti harus menjadi POI dari sebuah foto.
Sebuah foto yang tanpa focal point, akan membuat mata “wandering” tanpa sempat berhenti, yang mengakibatkan kehilangan ketertarikan pada sebah foto landscape. Sering foto seperti itu disebut datar (bland) saja.
Focal point bisa berupa berupa bangunan (yg kecil atau unik diantara dataran kosong), pohon (yg berdiri sendiri), batu (atau sekumpulan batu), orang atau binatang, atau siluet bentuk yg kontrast dgn BG, dst.
Peletakan dimana focal point juga kadang sangat berpengaruh, disini aturan “oldies” Rule of Third bermain.

4. Carilah Foreground (FG)
Foreground bisa menjadi focal point bahkan menjadi POI (Point of Interest) dalam foto landscape anda.

Oleh sebab itu carilah sebuah FG yang kuat. Kadang sebuah FG yang baik menentukan “sukses” tidaknya sebuah foto landscape, terlepas dari bagaimanapun dasyatnya langit saat itu.

Sebuah object atau pattern di FG bisa membuat “sense of scale” dr foto landscape kita. Apapun bisa menjadi object yg kuat di FG dari hanya rumput hingga batu.

5. Pilih langit atau daratan
Langit yang berawan bergelora, apalagi pada saat sunset atau sunrise, akan membuat foto kita menarik, tapi kita tetap harus memilih apakah kita akan membuat foto kita sebagian besar terdiri dari langit dgn meletakan horizon sedikit dibawah, atau sebagian besar daratan dgn meletakkan horizon sedikit dibagian atas.
Seberapa bagus pun daratan dan langit yang kita temui/hadapi saat memotret, membagi 2 sama bagian antara langit yang dramatis dan daratan/FG yang menarik akan membuat foto landscape menjadi tidak focus, krn kedua bagian tersebut sama bagusnya.
Komposisi dgn menggunakan prisip “oldies” Rule of Third akan sangat membantu. Letakkan garis horizon, di 1/3 bagian atas kalau kita ingin menonjolkan (emphasize) FG nya, atau letakkan horizon di 1/3 bagian bawah, kalau kita ingin menonjolkan langitnya.
Tentu saja hukum “Rule of Third” bisa dilanggar, andai pelanggaran itu justru memperkuat focal point dan bukan sebaliknya. Juga tidak selalu dead center adalah jelek.

6. Carilah Garis/Lines/Pattern
Sebuah garis atau pattern bisa membuat/menjadi focal yang akan menggiring mata untuk lebih jauh mengexplore foto landscape anda. Kadang leading lines atau pattern tersebut bahkan bisa menjadi POI dari foto tersebut.
Garis-garis, juga bisa memberikan sense of scale atau image depth (kedalaman ruang). Garis atau pattern bisa berupa apa saja, deretan pohon, bayangan, garis jalan,tangga, dst.

7. Capture moment & movement
Sebuah foto Landcsape tidak berarti kita hanya menangkap (capture) langit, bumi atau gunung, tapi semua elemen alam, baik itu diam atau bergerak seperti air terjun, aliran sungai, pohon2 yang bergerak, pergerakan awan, dst, dapat menjadikan sebuah foto landscape yang menarik.
Sebuah foto landscape tidak harus mengambarkan sebuah pemandangan luas, seluas luasnya, tapi sebuah isolasi detail, baik object yang statis maupun yg secara dinamis bergerak, bisa menjadi sebuah subject dari sebuah foto landscape. Untuk itu lihat #13.

8. Bekerja sama dengan alam atau cuaca
Sebuah scene dapat dengan cepat sekali berubah. Oleh sebab itu menentukan kapan saat terbaik untuk memotret adalah sangat penting. Kadang kesempatan mendapat scene terbaik justru bukan pada saat cuaca cerah langit biru, tapi justru pada saat akan hujan atau badai atau setelah hujan atau badai, dimana langit dan awan akan sangat dramatis.
Selain kesabaran dalam “menunggu” moment, kesiapan dalam setting peralatan dan kejelian dalam mencari object dan Focal Point seperti awan, ROL (ray of light), pelangi, kabut, dll. 3 jam pada satu lokasi menghasilkan ratusan shot dgn berbagai shading/shadow dan high-light pada object yang berbeda semua.

9. Golden Hours & Blue hours
Pada normal colour landscape photography, saat terbaik biasanya adalah saat sekitar (sebelum) matahari terbenam (sunset) atau setelah matahari terbit (sunrise).
Golden hours adalah saat, biasanya 1-2 jam sebelum matahari terbenam (sunset) hingga 30 menit sebelum matahari terbenam, dan 1-3 jam sejak matahari terbit, dimana “golden light” atau sinar matahari akan membuat warna keemasaan pada object.
Selain itu, saat golden hours juga akan membuat bayangan pada oject, baik itu pohon, atau orang menjadi panjang dan bisa menjadi leading lines spt yg disebutkan pada #6 diatas.
Jika kita memotret pada saat golden hours sudah lewat, atau pada saat matahari sudah terik, biasanya hasilnya akan flat atau harsh lightingnya krn matahari sudah jauh diatas.
Ini berlawananan dgn IR landscape photography yg tidak mengenal golden hours, dimana saat terbaik justru pada saat tengah teriknya matahari.
Blue hours adalah beberapa saat, biasanya hingga 20-30 menit setelah matahari terbenam (sunset), dimana matahari sudah tebenam, tapi langit belum gelap hitam pekat. Pada saat ini langit akan berwarna biru.
Jadi adalah kurang tepat, bahwa pada saat matahari sudah terbenam dan langit mulai gelap (oleh mata kita), kita langsung mengemas/beres2 gear/tripod kita. Justru pada saat ini kita bisa mendapatkan sebuah scene yang bagus dimana langit akan berwarna biru dan tidak hitam pekat.
Biasanya dgn long exposure, awan pun (walau kalau kita lihat dgn mata telanjang sdh tidak tampak) masih akan terlihat jelas dan memberikan texture pada langit biru.

10. Cek Horizon
Walaupun sekarang dgn mudah kesalahan ini dapat di koreksi dgn image editor tapi saya masih berkeyakinan “get it right the first time” akan lebih optimal.
Ada 2 hal terakhir saat sebelum kita menekan shutter:
  • Apakah horizonya sudah lurus, ada beberapa cara untuk bisa mendapatkan horion lurus saat eksekusi di lapangan, lihat #12
  • Apakah horizon sdh di komposisikan dgn baik, lihat #5 untuk pengaplikasian Rule of third.
Peraturan/rule kadang dibuat untuk dilangar, tapi jika scene yang akan kita buat tidak cukup kuat (strong) elementnya, biasanya Rule of Third akan sangat membantu membuat komposisi menjadi lebih baik. Memang dgn croping nantinya di software pengolah gambar, kita bisa memperbaikinya. Tapi kalau tidak dgn terpaksa, lebih baik pada saat eksekusi kita sudah menempatkan horizon pada posisi yang sebaiknya.

11. Ubah sudut pandang/angle/view anda
Kadang kita terpaku dgn sudut pandang atau angle yang umum kita lakukan, atau mungkin kalau kita mengunjungi suatu tempat yang sering kita lihat fotonya baik itu dimajalah atau website seperti di FN ini, kita menjadi “latah” dan memotret dgn angle yang sama.
Banyak cara untuk mendapatkan fresh point of view. Tidak selamanya “eye-level angle” (posisi normal saat kita berdiri) dalam memotret itu yang terbaik. Coba dgn high-angle (kamera diangkat diatas kepala), waist-level angle, low level, dst, coba berbagai format horizontal dan/atau vertikal.
Atau mencoba mencari spot atau titik berdiri yang berbeda atau tempat yang berbeda, misalnya dari atas pohon (ada memang fotografer senior yang saya kenal yang senang memanjat pohon untuk utk mendapatkan view yg berbeda, dan hasilnya memang berbeda dan unik), atau mencoba berdiri lebih ketepi jurang, atau bahkan tiduran ditanah… tentu saja dgn lebih mengutamakan keselamatan anda sendiri sbg faktor yang lebih utama dan menghitung resiko yang mungkin didapatkan.
Satu hal yang harus dipahami, mencoba dengan sudut pandang yang berbeda tidak selalu otomatis gambar kita akan lebih bagus atau lebih baik, tapi begitu sekali anda mendapatkan yang lebih bagus, dijamin pasti berbeda dgn yang lain.
Dengan sering ber-experimen dgn berbagai angle, lama-kelamaan insting anda akan terlatih saat berada di lapangan untuk mendapatkan tidak hanya angle yang bagus, tapi juga berbeda.
Jangan memotret berulang2 pada satu titik/spot. Cobalah untuk bergeser beberapa meter kesamping atau kedepan, atau bahkan berjalan jauh.
Juga sesekali coba untuk menoleh kebelakang untuk melihat, kadang bisa mendapatkan angle yang menarik dan berbeda.
3-5 exposure/jepretan pada satu titik dan “move on, change spot, change orientation (landscape <-> portrait), look back, change lenses”.
Terutama jika anda sering travelling, baik itu ke tempat yang sudah umum atau ke tempat yang jarang di kunjungi fotografer. Ada kalanya kita ada pada suatu spot dimana foto dari lokasi itu sudah merupakan lokasi “sejuta umat” dimana ratusan bahkan ribuan fotografer pernah memotret di spot yg sama dan menghasilkan foto yang mirip atau beda-beda tipis.
Gunakan foto-foto yang sering anda lihat tersebut sebagai referensi, pelajari dan aplikasikan tekniknya dan coba menemukan sesuatu yang berbeda. Make a difference.

12. Pergunakan peralatan bantu
Penggunaan beberapa peralatan bantu dibawah akan sangat membantu untuk mendapatkan foto landscape yang lebih baik.
- CPL filter
- ND filter
- Graduated ND filter, lihat disitu ttg Graduated Natural Density (Grad ND): What, How, & When
- Graduated color filter
- Bubble level jika tdk ada grid pada view finder atau gunakan focusing screen dgn grid, sangat membantu untuk mencapai levelnya horizon.
Memang dgn semakin mudahnya penggunaan software dan semakin canggihnya feature software pengolah gambar untuk memperbaiki/koreksi kesalahan pada saat eksekusi yang bisa mengatasi kesalahan exposure atau kemiringan horizon, penggunaan alat2 tersebut diatas kadang terasa kurang diperlukan, tapi umumnya “get it right the first time” akan bisa menghasilkan foto yang lebih baik dan natural, dibandingkan kalau foto itu harus dipermak habis-habisan nanti hanya agar bisa tampak “baik”.
Jika sudah melakukan segalanya dgn baik dan benar, akan lebih terbuka luas lagi kemungkinannya untuk mengolahnya dgn lebih sempurna nantinya.

13. Lensa yang dipergunakan
Kadang sering ada asumsi bahwa sebuah foto landscape itu harus menggunakan lensa yang selebar mungkin. Tapi dalam membuat sebuah foto landscape, semua lensa dapat dipergunakan, dari lensa super wide (14mm, 16mm, dst), wide (20mm – 35m), medium, (50mm – 85mm), hingga tele/super tele (100mm – 600mm). Semua range lensa bisa dan dapat dipergunakan.
Semua itu tergantung atas kebutuhan dan scene yang kita hadapi. Lensa wide/super wide kadang dibutuhkan jika kita ingin merangkum sebuah scene seluas-luasnya dgn memasukan object yang banyak atau yang berjauhan atau ingin mendapatkan perspektif yg unik.Tapi kadang sebuah tele bisa digunakan untuk mengisolasi scene sehingga lebih un-cluttered, simple dan focus.
Jika tiba pada suatu lokasi/spot, usahakan mencoba dgn semua lensa yang anda bawa. Jangan terpaku pada satu lensa dan memotret berulang-ulang.
Kadang diperlukan kejelian, untuk melihat dan mencari suatu bentuk unik atau pattern dari luasnya sebuah scene landscape, sehingga kita dapat meng-isolasi dgn menggunakan lensa yang tepat. Hanya dengan sering memotret dan menghadapi berbagai scene di berbagai kondisi yang dapat mengasah insting anda, baik itu object apa yang harus dicari ataupun lensa apa yg harus dipergunakan.
Penggunaan lensa yg tidak standard seperti fish-eye (baik itu yang diagonal maupun yang full-circular) bisa juga mendapatkan view yang menarik, tentu dgn pengunaan pada saat yang tepat. Tidak selalu penggunaan fish-eye menghasilkan foto yg “bagus” walau memang berbeda.

14. Persiapkan diri dan sesuaikan peralatan
Walau ini tidak berhubungan langsung, tapi kadang sangat menentukan. Sering kali kita membutuhkan research atau tanya dulu kiri kanan, baik itu dgn googling atau bertanya dgn fotografer yang sudah pernah kesana ke satu lokasi sebelumnya, terutama jika mengunjungi tempat yang berbeda jauh iklim maupun cuacanya, krn itu akan menentukan kesiapan kita baik fisik maupun peralatan yang harus dibawa, baik itu peralatan fotografi maupun peralatan penunjang.
Cek ulang dan test semua camera dan lensa yang akan dibawa. Akan lebih baik kalau semua perlataan yang akan dibawa dalam keadaan bersih, baik itu lensanya, filter2 maupun kamera (sensor) nya.
Membawa semua lensa yang kita punya kadang tidak bijaksana. Mungkin suatu trip hanya membutuhkan satu atau dua lensa saja, atau justru membutuhkan lebih dr itu krn kita sudah mempunyai gambaran atau informasi atau trip tersebut merupakan pengulangan trip yg sudah pernah dilakukan.
Mengetahui alam dan lingkungan dan adat (jika ada penduduknya) dari lokasi pemotretan juga akan sangat membantu.
Bahkan kadang dgn membawa peta (atau mungkin GPS) akan membantu kita menemukan suatu tempat atau spot, khususnya bila kita hunting di daerah ayng tidak ketahui atau lokasi yang kita tidak hapal.
Kesiapan diri dan peralatan akan menentukan apakah photo trip kita berhasil atau tidak.
Hal lain yang tidak kalah penting adalah melindung seluruh peralatan yang anda bawa selama photo trip/hunting, baik itu hanya day-trip, overnight trip atau trip berhari-hari bahkan berminggu-minggu.
Sebelum berangkat, pastikan anda memilki check-list perlaatan apa saja yg anda bawa. Catat juga semua model dan serial numbernya.

Sumber (+Hasil) Here!
0

Cara Jitu Mendapatkan Foto Terbaik

Masih di hari yang sama, saya mau nge-post postingan ke-2 saya. Posting ini merupakan beberapa tips agar mendapatkan hasil yang cukup maksimal, oh iya, tips ini sepertinya hanya bisa untuk kamera D-SLR, belum pernah nyoba sih, tapi yaudah lah sekedar ngasih info kok, tring ;)

Cara jitu untuk mendapatkan foto terbaik setiap memotret :

Beli tripod yang benar-benar kokoh
Jangan buang-buang uang untuk membeli tripod yang ringkih. Tak perlu memanjangkan kaki tripod saat memotret kecuali terpaksa.

Posisikan kamera dengan tepat
Ikat kencang tali kamera pada siku agar kedudukan kamera lebih stabil.


Aktifkan flash
Sorotkan ke arah wajah (fill-in) pada saat memotret di siang hari untuk menghilangkan bayangan.

Pilih format RAW
Pilihlah format RAW. Dengan format ini, fotografer bisa melakukan pengaturan dan pengolahan white balance dan eksposur setelah pemotretan, dalam hal ini, kita membutuhkan software khusus.

Beli lensa 50mm
Memiliki lensa standar 50mm merupakan investasi yang baik. Lensa ini tersedia dalam apertur cepat dan harga terjangkau.

Mendekat
Gunakan tabung ekstensi untuk meningkatkan jarak fokus minimum.

Pegang kamera dengan benar
Jangan memegang kamera dengan kedua tangan di sisi-sisi kamera. Peganglah kamera dengan satu tangan dan posisikan tangan lainnya di bagian bawah lensa untuk menopang, mengatur, atau memutar lensa.

Buka kedua mata
Awalnya mungkin terasa janggal, namun akan memudahkan pada saat pemotretan action. Melihat dengan kedua mata terbuka membuat obyek lebih mudah tertangkap penglihatan dan diikuti gerakannya.

Variasikan posisi kamera
Jangan hanya terpaku pada posisi horizontal atau vertikal saat memotret, cobalah posisi lain untuk menambah kesan hidup pada foto.

Luruskan posisi kamera
Saat memotret pemandangan, sejajarkan posisi kamera dengan horizon. manfaatkan spirit level untuk membantu meluruskan posisi kamera dengan horizon.

Bawa filter yang penting saja
Jika ingin membawa dengan filter saat bepergian, cukup bawa filter Neutral Destiny dan Polariser saja. Filter lain bisa digantikan fungsinya pada Photoshop.




SIP! Postingan selesai. Semoga bermanfaat ya, mungkin bisa dipraktekkan atau sebagai tambahan ilmu aja *nasibyangngepostgapunyaD-SLR* alhamdulillah yahh...
0

Sejarah Fotografi

Morning Jekardah

As you know, this is my first post since I made this blog. But maybe this is not the first time I made a blog, this is My First Blog (ngarep banget pengen diliat-__-) bukan blog yang patut dicontoh juga sih..namanya juga baru belajar..

Yap, di blog-blog yang punya satu tema, contohnya blog saya ini, biasanya di posting pertama itu ada sejarah dan alasan kenapa orang itu membuat blog yang bertemakan blablabla, gitu kan?Sebagai pemula, dan juga karena gatau mau nulis pembukaan apa, terpaksa saya memposting sejarah fotografi, bukan sejarah juga sih, semacam penjelasannya gitu lah. Mari disimak yaa..baca bismillah..



Sejarah Fotografi

1.Sejarah Fotografi


Foto pertama dibuat pada tahun 1826 selama 8 jam. Louis Jacques mande Daquerre merupakan bapak fotografi dunia (1837). Kamera Obcura merupakan kamera yang pertama kali yang dipakai untuk menggambar kemudian memotret. Kamera Kodak (Eastmant Kodak) pertama kali ditemukan oleh Snapshooter 1888 di Amerika. Konstribusi fotografi ke dunia film pertama kali di pelopori oleh Eadward Muybridge. Flas atau lampu kilat pertama kali ditemukan oleh Harold E. Edgerton pada tahun 1938.Memotret benda-benda mati disebut dengan still life. Penemu negative film John Hendri Fox Talbot dari inggris. Negatif film tersebut di buat selama 40 detik dibawah terik matahari.


2. Perbedaan Kamera Digital dengan kamera Analog


Kamera digital belum mampu menangkap semua warna yang dipantulkan oleh matahari namun warna yang dihasilkan lebih kontras. Kamera digital juga kurang sensitif.
Kamera analog sudah hampir mampu menangkap seluruh warna yang diantulkan oleh matahari dan kamera analog juga cukup sensitive.
Kamera analog merekam dengan film negative berwarna , slide flim positif dan hitam putih.
Kamera digital merekam dengan pixel (picture element / elemen dasar dari film)


3.Teknologi Rekam


Ø Analog: Menggunakan media film seluloid melalui poses kimia
Ø Instan : Menggunakan kertas cetak langsung jadi
Ø Digital : Menggunakaan sensor peka cahaya dengan proses elektronik


4.Distorsi


v Normal
v Barrel
v Pincushion


5. Alat dan perlengkapan Fotografi


§ KAMERA
Dibagi dalam beberapa jenis antara lain:


a. Manual SLR
b. Automatic SLR (ada auto focus tapi menggunakan baterai)
c. Basic Compact
d. Advanced Compact
e. Waterproof Camera (kamera yang bisa dipakai didalam air hanya sampai kedalaman 5 meter).
f. Underwater Camera(kamera yang bisa dipakai didalam air sampai kedalaman diatas 5 meter dan di lengkapi dengan Flas).
g. Wide-View Camera
h. Anoramic Camera
i. Large Format Camera
j. Kamera ilusi ( kamera yang dapat menangkap mahluk halus)


Ragam Jenis Kamera


1.Menurut cara bidiknya


View Finder Camera ( Range Finder Camera ) atau biasa disebut dengan lamera poket / instamatic.Single Lens Reflex ( SLR ), Twin Lens Reflex ( TLR ), View Camera.


2. Menurut Format Filmnya


Ukuran 135 mm ( Roll Film )
Ukuran 120 mm / 220 mm ( Roll Film )
Ukuran 4 x 5 inch ( Sheet Film )
Ukuran 8 x 10 inch ( Sheet Film )


3. Menurut ukuran gambarnya


Kamera 35 mm = 24 x 36 mm
Kamera Larga Format = 6 x 4.5 inch dan 8 x 10 inch
Kamera medium format = 6 x 4,5 cm ; 6 x 6 cm ; 6 x 7 cm ; 6 x 9 cm ; 6 x 12 cm


4. Menurut Teknologi Sistem Perekaman


§ LENSA


Dibagi dalam beberapa jenis antara lain:


1.Lensa Fix ( Focal Length Tetap )
Standart lens / Normal lens ( Focal Lengthnya 50 mm)
Wide Angle lens ( Focal lengthnya dibawah 50mm ) mempunyai cakupan yang cukup besar/luas.
Long Focus Lens / Tele lens ( Focal lengthnya diatas 50 mm).


2.Zoom Lens (Focal Length Variabel)


Lensa yang dapat berubah dari zoom lens ke wide lens / tele lens.


3.Wide Angle Zoom ( 21-35 mm )


4.Telephoto Zoom ( diatas 50 mm dari 75 mm dst )


5.Lensa Spesial


Macro Lens
Telephoto Lens
Feace Eye
Shift Lens


6.Mirror Lens


§ Flas, Light Meter ( eksposur meter, cara mengukur cahaya)
§ Filter ( Filter koreksi dan filter kreatif )
§ Assesori ( alat penunjang kamera )


KLASIFIKASI LENSA 35 MM


^ Focal Length Tetap disebut Fix Lens
^ Focal Length Variabel disebut Zoom Lens


6.PENCAHAYAAN


Photography Treangle ( Bryan Patterson )
A. ASA ( Asosiation Standart America )
ASA / ISO / DIN / JIS
=25;50; 100;200; 400;800
Semakin tinggi ASAnya semakin peka terhadap cahaya


B.Speed Shulter ( kecepatan ) terdiri atas:


4 sec; 2 sec ; 1 sec ; ½ sec ; ¼ sc; 1/8 sec ; 1/5 sec; 1/30 sec ; 1/60 sec; 1/ 125 sec ; 1/ 250 sec ; 1/ 500 sec ; 1/ 1000 sec ; 1/ 2000 sec ;


C. Aparture ( Pembukaan Diafragma ) terdri atas:


f/1.4 ; f/ 2.8 ; f/5.5 ; f/8 ; f/11; f/16; f/22; f/32; f/45;f/64; f/90


7.APLIKASI TEKNIK FOTOGRAFI FAVORIT


Auto Focus ( tanpa focus )
Selective Focus ( focus terpili )
Menajamkan pada objek-objek tertentu dengan menggunakan objek tertentu.
Freezing ( teknik membekukan gerak dengan menggunakan sped yang tinggi ).
Blur ( teknik untuk merekam kesan gerak dengan menggunakan speed yang lambat)
Panning ( tergantung dari objek dan subjeknya )
Zooming ( memakai lensa zoom )
Siluet
Bulb





Ok, sekian dulu ya posting saya kali ini, terimakasih sudah menyimak, Happy Sunday!!


Sumber :

http://yudhim.blogspot.com/2008/01/sejarah-fotografi.html